Fakultas Teknologi Informasi
Penerapan Ilmu IT dalam Situasi Bait and Switch pada Kegiatan Magang

Penerapan Ilmu IT dalam Situasi Bait and Switch pada Kegiatan Magang

Sebagai Mahasiswa Informatika semester 7, saya cukup merasa antusias ketika mendapatkan kesempatan megang di sebuah perusahaan. Berawal dar jobfair yang dilaksanakan pihak universitas, sempat berharap dapat mengasah keterampilan teknis dan berkontribusi pada proyek proyek yang relevan dengan program studi yang diambil. Namun, kenyataannya tidak seindah dengan ekspektasi yang diharapkan ketika mendarat di perusahaan tersebut

Awainya, saya membayangkan jika kegiatan magang ini akan berfokus pada proyek yang berkaitan dengan bidang it seperti pengembangan perangkat lunak atau pengolahan data, setelah sempat melakukan riset perusahan terkait. Tahap wawancara yang berlangsung cukup singkat dan tanpa hambatan juga menambah antusias, juga sempat berekspektasi jika perusahaan ini cukup menjanjikan. Namun, kenyataan yang ditemui adalah lingkungan kerja dengan prioritas utama pada bidang marketing pada hampir semua karyawannya. Terutama saat fase pelatihan (training) dalam kurun waktu seminggu, yang di mana semua materi berkaitan dengan produk dagang, cara pemasaran, perhitungan komisi dari transaksi nasabah dan lain sebagainya., menambah kecurigaan jika ada yang salah dengan perusahaan ini.

Benar saja, seminggu pasca masa training saya diberikan kontrak kerja oleh HRD sebagai marketing untuk ditandatangan, bukan sebagai programmer IT seperti yang diharapkan. Alhasil, sempat berpikir bagaimana ilmu IT yang dipelajari saat kuliah bisa tetap relevan dalam situasi dijebak oleh perusahaan. Berbekal pada ilmu yang smpat dipelajari disampaikanlah pada manajer tim untuk memakai otomasi bot dalam penacarian dan pengumpulan data calon nasabah trading, serta ide untuk membuat pesan otomatis memakai bot API pada calon nasabah juga disampaikan pada manajer. Kabar baiknya ide tersebut diterima dengan baik oleh manajer tim.

Proyek Data Scraping

Karena diberikan kontrak sebagai marketing, saya perlu mencari cara begaimang cara untuk mendapatkan kumpulan data calon nasabah. Hal ini dapat mengatasi masalah klasik yang biasa ditemui staf marketing, yaitu kekurangan data. Maka, pendekatan dalam pencarian dan pengumpulan data otomatis bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menerapkan ilmu IT dalam situasi seperti ini.

Bermodalkan ilmu yang dipelajari, proyek ini dilakukan dengan menggunakan Python dan Selenium untuk membangun sebuah alat otomatisasi yang dapat mengumpulkan data dari berbagai situs web. Dalam kasus ini, platform Facebook menjadi subjek utama dalam Proyek Data Scarping ini, karena fitur grup menjadi sebuah kelebihan dalam mencari kumpulan data anggota yang bisa jadi calon nasabah. Proyek ini bertujuan untuk menggantikan proses pengumpulan data manual yang memakan waktu dan rawan kesalahan. Dengan skrip web scraping, saya dapat mengekstrak informasi penting seperti nama, alamat, dan nomor telepon atau tautan profil yang sebelumnya harus dicari secara manual.

Proyek Pesan Bot Otomatis

Selain dari proyek sebelumnya, Proyek Pesan Bot Otomatis perlu dilakukan setelah mengumpulkan data calon nasabah. Proyek ini bertujuan untuk mengirim pesan secara otomatis kepada calon nasabah yang telah terdaftar, dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi komunikasi pemasaran. Dengan menggunakan API dan layanan pesan otomatis, saya berencana untuk membuat sistem yang dapat mengirim pesan pengenalan produk atau promosi tanpa campur tangan manual. Hal ini diharapkan dapat mempercepat proses penjangkauan calon nasabah dan meminimalisir human error yang sering terjadi dalam pengiriman pesan secara manual. Hasil dari proyek ini akan melakukan tindakan pesan otomatis yang langsung terkirim dan sampai pada target yang ditujukan, membuat program ini bisa lebih efektif serta efisien dibanding memakai metode konvensional via telepon, yang di mana bisa mengurangi kejadian para staf mengalami penolakan panggilan atau pemblokiran langsung dari calon nasabah.

Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa meskipun ide ini terdengar menarik, proyek tersebut memiliki tantangan besar, terutama terkait dengan infrastruktur yang dibutuhkan. Untuk menjalankan sistem bot pesan otomatis, diperlukan server yang dapat menangani volume pengiriman pesan yang besar secara stabil. Mengingat anggaran yang terbatas dan kurangnya dukungan untuk membeli server dengan kapasitas yang cukup, proyek ini terpaksa dibatalkan. Walaupun saya tetap merasa bahwa otomatisasi dalam pemasaran sangat penting, keterbatasan teknis dan biaya menjadi kendala besar yang tidak bisa saya atasi dalam waktu yang singkat. Ini mengajarkan saya untuk lebih realistis dalam merencanakan proyek berbasis teknologi, dengan mempertimbangkan aspek biaya dan sumber daya yang tersedia.


Meski awalnya berjalan dengan cukup lancar, manajer tim mulai membebani saya dengan ekspektasi yang tidak realistis sama sekali, seperti proyek yang harus diselesaikan dalam waktu singkat ditambah berus menjadikannya sebagai ekstensi untuk setiap perangkat kantor. Kendala perangkat pribadi juga menjadi masalah yang cukup mengganggu dalam menjalani proyek, ditambah dengan framework Selenium dan keharusannya penggunaan WebDriver juga membuat proyek ini berjalan sangat lambat, dikarenakan WebDriver sendiri hanya melakukan emulasi browser dari nol saat dilakukan test running.

Kehadiran saya sebagai peserta magang ternyata menarik perhatian beberapa senior di perusahaan, yang tampaknya melihat kesempatan untuk mengeksploitasi tenaga saya dalam menyelesaikan berbagai proyek IT. Ironisnya, bukannya mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari manajer tim yang seharusnya menjadi pembimbing, saya justru menemukan bahwa manajer tersebut mencoba mengklaim proyek-proyek yang saya kerjakan sebagai 'software kita' tanpa memberikan dukungan ataupun kontribusi berarti. Ini lebih dari sekadar klaim biasa, tindakan ini terkesan seperti upaya pencurian Properti Intelektual (IP), mengingat ucapan tersebut diulang beberapa kali tanpa ada niat untuk memberikan pengakuan atau penghargaan terhadap hasil kerja saya.

Tentu saja, klaim tersebut sangat meresahkan, terutama ketika saya menyadari bahwa saya bekerja keras mengembangkan sesuatu yang sebenarnya berpotensi memberikan kontribusi berarti, namun pada akhirnya justru digunakan untuk tujuan yang tidak jelas oleh pihak yang tidak berhak. Ini menambah rasa frustrasi sebagai seorang magang, yang seharusnya mendapatkan pengalaman berharga dan penghargaan atas upaya yang dilakukan, bukan hanya sekadar dimanfaatkan tanpa ada imbalan atau pengakuan.

Tuntutan dari senior lain tentang membuat Robo-Trading juga menambah keresahan saya, bukan karena proyeknya, melainkan kendala perangkat yang dipakai serta menyadari proyek ini takkan ada imbalannya sama sekali. Meski ide Robo-Trading tersebut cukup menarik dan bisa menjadi bahan portofolio bernilai lebih, saya mulai menyadari bahwa tuntutan ini tidak hanya mengarah pada eksploitasi tenaga, tetapi juga mengabaikan potensi pengembangan diri saya secara lebih profesional. Proyek seperti ini, yang melibatkan perangkat dan sistem yang jauh melebihi kapasitas sumber daya yang tersedia, terasa seperti perangkap yang dapat membatasi perkembangan saya. Selain itu, tidak adanya jaminan imbalan ataupun penghargaan yang jelas dari perusahaan membuat saya merasa proyek ini hanya akan menjadi pekerjaan tanpa tujuan yang jelas dan tidak memberikan manfaat jangka panjang bagi saya.

Oleh karenanya, saya memutuskan untuk menolak proyek terkait Robo-Trading secara profesional dan tidak dieksekusi sama sekali. Saya lebih memilih untuk tetap berfokus pada usulan proyek yang telah saya utarakan pribadi sejak awal, yang saya yakini lebih sesuai dengan tujuan pengembangan keahlian saya serta memiliki potensi lebih besar untuk memberikan kontribusi nyata. Meski saya ditekan oleh berbagai tuntutan yang tidak realistis, saya tetap berusaha untuk menjaga komitmen saya pada kualitas kerja dan pengembangan diri.

Selama 1-2 bulan menjalani magang di perusahaan tersebut, saya banyak mengalami dinamika yang cukup mencengangkan dan tidak terduga. Meskipun awalnya saya berharap untuk memperoleh pengalaman yang berharga di dunia industri, kenyataannya saya malah dihadapkan pada tantangan dan kendala yang lebih berhubungan dengan etika kerja dan integritas perusahaan. Saya belajar bahwa meskipun sebuah perusahaan mengklaim memiliki sistem yang solid, kenyataannya sering kali mereka hanya memanfaatkan pekerja magang sebagai sumber daya untuk menutupi kekurangan dalam organisasi mereka.

Pengalaman ini memberi saya pelajaran penting bahwa, sebagai seorang profesional, penting untuk tetap menjaga batasan dalam hubungan kerja. Kita harus mampu menilai apakah proyek yang dikerjakan benar-benar memberi manfaat bagi pengembangan karir dan skill, atau hanya digunakan sebagai alat eksploitasi semata. Selain itu, sangat penting untuk lebih selektif juga teliti dalam memilih tempat magang atau bekerja, agar tidak terjebak dalam situasi yang merugikan secara pribadi dan profesional.

Meskipun magang di perusahaan tersebut tidak berjalan sesuai harapan, saya tetap dapat mengambil pelajaran berharga dari pengalaman ini. Ke depannya, tindakan yang lebih bijaksana dalam membuat keputusan terkait karir dan proyek-proyek akan lebih dipertimbangkan secara matang juga terukur. Pengalaman ini juga mengisyaratkan saya untuk terus mengembangkan diri, belajar dari setiap tantangan, dan tidak mudah menyerah pada situasi yang tidak mendukung layaknya Bait and Switch. Bagaimanapun, setiap pengalaman, baik atau buruk, selalu dapat memberi pelajaran yang bisa membentuk kita menjadi lebih baik di masa depan.